oleh : Hanif Al-Khansa
Om Rafli belum berkeluarga, namun dia telah menjadi seorang pengusaha besar. Selain kaya raya dia juga sangat dermawan, Dia sering menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Dia juga amat sayang pada Nisa,keponakan perempuan satu-satunya.
Saat liburan, tak jarang Nisa dan Om Rafli menghabiskan waktunya dengan berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan atau tempat-tempat rekreasi. Hampir semua yang diinginkan Nisa dipenuhi oleh Om Rafli. Nisa sangat beruntung sebab selain Om Rafli,orang tuanya pun sangat menyayanginya.
Hari itu sekolah Nisa libur. Om Rafli mengajak Nisa ke sebuah pusat perbelanjaan. Dia ingin membelikan gadis Fandi SMP itu beberapa buku panduan dan perlengkapan lainnya untuk menunjang semangat belajar Om Rafli yang beberapa bulan lagi akan mengikuti Ujian Nasinal. Seperti biasa, usai berbelanja Om Rafli mengajak Nisa makan di sebuah restoran
Saat sedang asyik menikmati hidangan makanan yang telah tersaji, Nisa dikejutkan dengan kemunculan Fandi, teman sekelasnya. Seketika itu, Nisa hendak menyapanya namun Fandi terkesan menghindar dari pandangan Nisa. Ditangan Fandi ada sebuah sapu yang siap dipakai membersihkan seluruh permukaan lantai restoran tersebut. Fandi segera menghindar dari Nisa dan kemudian pergi menuju tempat yang kebetulan terdapat sebotol minuman tumpah di bawah sebuah meja salah seoarang pengunjung untuk membersihkannya.
“Fandi” !, panggil Nisa dengan nada lirih.
Fandi tetap tak mau menoleh.
“siapa yang Kamu panggil ?”, tanya Om Rafli dengan heran.
“Anak-laki-laki yang sedang membersihkan lantai itu Om, Dia teman sekelasku. Aku ingin Dia ikut makan bersama kita, namun dia seolah tak mendengar saat ku panggil.”, jawab Nisa dengan suara terdengar kecewa.
“ehmm.....mungkin dia merasa malu jika ada temannya yang mengetahui bahwa dia adalah seorang Cleaning Servise.” Jelas Om Rafli sembari membersihkan nasi yang tertinggal di bibirny.
Nisa mencoba mendekati Fandi,
“Sssttt.....anak yang kamu cari sedang bersembunyi dibawah kolong meja itu!”tunjuk seoarang pelayan.
“Tadinya dia mau keluar tapi terhalang oleh pengunjung yang mau masuk restoran, ”tambahnya lagi.
Lalu, dengan mengendap-endap Nisa menuju kolong meja tempat persembunyian Fandi.
“Ayo keluar Fan, jangan bersembunyi dibawah kolong meja, lihat ada orang mau duduk disii !”ujar Nisa.
“Untuk apa kamu bersembunyi dan menghindar dariku ?”tanya Nisa dengan nada heran.
“aku malu Nis, kalau kalian tahu keadaanku yang seperti ini”jawab Fandi dengan sedikit takut.
“Kenapa harus malu ?toh pekerjaan yang kamu lakukan ini gak salah dan halal ”terang Nisa seraya menenangkan pikiran Fandi yang masih kalut.
Selesai berbincang-bincang dan menghabiskan makanan, Om Rafli mengajak Nisa dan Fandi ke sebuah toko. Fandi dibelikan bberapa buku, sepasang sepatu, tas, dan pakaian baru.
“Berapa oarang saudaramu?”tanya Om Rafli.
“Tiga orang Om,”sahut Fandi perlahan.
“Apa pekerjaan ayahmu?”tanya Om Rafli lagi.
“sekarang ayah saya tidak bekerja Om. Beberapa bulan yang lalu ayah terdeteksi mengidap suatu penyakit sehingga mengharuskannya untuk berhenti dari pekerjaannya dan diharuskan banyak beristirhat. Itulah sebabnya saya membantunya untuk memcukupi kebutuhan keluarga kami”cerita Fandi dengan mata berkaca-kaca.
Om Rafli mengangguk. Sebelum pergi, Om Rafli memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah dan sediit pesan untuk keluarga Om Rafli.
“Gunakan uang ini untuk biaya sekolahmu !”
Beberapa bulan kemudian, Nisa dan Om Rafli pergi ke restoran itu lagi. Nisa sengaja hendak mencari Fandi. Namun, teman sekelasnyaitu tidak kelihatan. Nisa sedih. Sebab besok dia,Om Rafli dan keluarganya akan pindah ke kota lain.
Saat Nisa, Om Rafli dan keluarganya berada di stasiun semut, Nisa melihat Fandi sedang duduk di emperan stasiun seolah menunggu kedatangan seseoarang.
“Fandi!”panggil Nisa.
Fandi menengadah, “Kamu mau kemana?”tanyanya dengan wajah lusuh.
“Aku dan keluargaku akan pindah ke Bandung karena ayahku pindah kerja disana.”terang Nisa.
“Om Rafli memberimu ini, dan ini dariku.”ucapnya sambil mengulurkan sesuatu.
“Terima kasih ya.......kalau kamu sudah sampai disana jangan lupa menyuratiku.”pesan Fandi pada Nisa sebelum mereka berangkat.
Setelah mereka pergi, Fandi membuka pemberian Nisa dan Om Rafli dengan perlahan. Tiba-tiba Dia terkejut. Om yohan memberinya uang banyak sekali. Kemudian Ia langsung memasukkannya ke saku celananya. Dia memang membutuhkan uang itu untuk mengobati ayahnya yang sedang sakit.
Sambil berjalan pulang, Fandi memandangi pemberian Nisa,sebuah diary . “aku berjanjiakan menulis semua yang kualami di diary pemberianmu ini.”bisik Fandi dalam hati.
“Fandi” !, panggil Nisa dengan nada lirih.
Fandi tetap tak mau menoleh.
“siapa yang Kamu panggil ?”, tanya Om Rafli dengan heran.
“Anak-laki-laki yang sedang membersihkan lantai itu Om, Dia teman sekelasku. Aku ingin Dia ikut makan bersama kita, namun dia seolah tak mendengar saat ku panggil.”, jawab Nisa dengan suara terdengar kecewa.
“ehmm.....mungkin dia merasa malu jika ada temannya yang mengetahui bahwa dia adalah seorang Cleaning Servise.” Jelas Om Rafli sembari membersihkan nasi yang tertinggal di bibirny.
Nisa mencoba mendekati Fandi,
“Sssttt.....anak yang kamu cari sedang bersembunyi dibawah kolong meja itu!”tunjuk seoarang pelayan.
“Tadinya dia mau keluar tapi terhalang oleh pengunjung yang mau masuk restoran, ”tambahnya lagi.
Lalu, dengan mengendap-endap Nisa menuju kolong meja tempat persembunyian Fandi.
“Ayo keluar Fan, jangan bersembunyi dibawah kolong meja, lihat ada orang mau duduk disii !”ujar Nisa.
“Untuk apa kamu bersembunyi dan menghindar dariku ?”tanya Nisa dengan nada heran.
“aku malu Nis, kalau kalian tahu keadaanku yang seperti ini”jawab Fandi dengan sedikit takut.
“Kenapa harus malu ?toh pekerjaan yang kamu lakukan ini gak salah dan halal ”terang Nisa seraya menenangkan pikiran Fandi yang masih kalut.
Selesai berbincang-bincang dan menghabiskan makanan, Om Rafli mengajak Nisa dan Fandi ke sebuah toko. Fandi dibelikan bberapa buku, sepasang sepatu, tas, dan pakaian baru.
“Berapa oarang saudaramu?”tanya Om Rafli.
“Tiga orang Om,”sahut Fandi perlahan.
“Apa pekerjaan ayahmu?”tanya Om Rafli lagi.
“sekarang ayah saya tidak bekerja Om. Beberapa bulan yang lalu ayah terdeteksi mengidap suatu penyakit sehingga mengharuskannya untuk berhenti dari pekerjaannya dan diharuskan banyak beristirhat. Itulah sebabnya saya membantunya untuk memcukupi kebutuhan keluarga kami”cerita Fandi dengan mata berkaca-kaca.
Om Rafli mengangguk. Sebelum pergi, Om Rafli memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah dan sediit pesan untuk keluarga Om Rafli.
“Gunakan uang ini untuk biaya sekolahmu !”
Beberapa bulan kemudian, Nisa dan Om Rafli pergi ke restoran itu lagi. Nisa sengaja hendak mencari Fandi. Namun, teman sekelasnyaitu tidak kelihatan. Nisa sedih. Sebab besok dia,Om Rafli dan keluarganya akan pindah ke kota lain.
Saat Nisa, Om Rafli dan keluarganya berada di stasiun semut, Nisa melihat Fandi sedang duduk di emperan stasiun seolah menunggu kedatangan seseoarang.
“Fandi!”panggil Nisa.
Fandi menengadah, “Kamu mau kemana?”tanyanya dengan wajah lusuh.
“Aku dan keluargaku akan pindah ke Bandung karena ayahku pindah kerja disana.”terang Nisa.
“Om Rafli memberimu ini, dan ini dariku.”ucapnya sambil mengulurkan sesuatu.
“Terima kasih ya.......kalau kamu sudah sampai disana jangan lupa menyuratiku.”pesan Fandi pada Nisa sebelum mereka berangkat.
Setelah mereka pergi, Fandi membuka pemberian Nisa dan Om Rafli dengan perlahan. Tiba-tiba Dia terkejut. Om yohan memberinya uang banyak sekali. Kemudian Ia langsung memasukkannya ke saku celananya. Dia memang membutuhkan uang itu untuk mengobati ayahnya yang sedang sakit.
Sambil berjalan pulang, Fandi memandangi pemberian Nisa,sebuah diary . “aku berjanjiakan menulis semua yang kualami di diary pemberianmu ini.”bisik Fandi dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar